top of page
Search

STUDI HERMENEUTIK MATIUS 15 : 21 - 31

  • Krisharyanto Umbu Deta
  • Aug 18, 2017
  • 19 min read

Matius 15:21-31

21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."

23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."

24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."

28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ.

30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.

31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.

PRAPAHAM TEOLOGIS

Setelah membaca narasi Matius 15 : 21-31 saya mencoba untuk memhami maksud dari teks tersebut sehingga lahir beberapa prapaham teologis sebagai berikut;

  • Iman adalah nafas kehidupan orang percaya.

  • Tuhan terkadang tidak menjawab doa kita karena ingin menguji sejauh mana Iman kita.

  • Ketika kita menginginkan sesuatu kita harus mengimani bahwa Tuhan akan memberikannya.

  • Dunia memberikan kelas-kelas sosial berdasarkan hal-hal duniawi tetapi Tuhan menganggap kita semua setara berdasarkan Iman.

  • Ketika kita mau merendahkan diri dihadapan Tuhan maka ia akan mengangkat kita.

  • Tidak lupa untuk memuliakan Tuhan sebagai tanda ucapan syukur.

KEDUDUKAN TEKS DAN KONTEKS TEKS

Teks Matius 15 : 21-31 merupakan bagian dari Matius 4:12 – 18:35 yang merupakan narasi tentang pelayanan Yesus di depan publik Galilea (Public Teaching di Galilea).

Berikut pembagian 4:12-18:35: Public Teaching di Galilea

5:1-:29 : Khotbah di Bukit

8:1-9:38 : Narasi Penyembuhan-penyembuhan

10:1-11:30 : Penegasan tentang hal mengikut Yesus

12:1-18:35 : Pelayanan/Pengajaran Yesus Lainnya

Jika dipersempit lagi maka Mat 15:21-31 merupakan bagian dari konteks Mat 12:1-18:35 yang berisi tentang pelayanan/pengajaran Yesus selain dari khotbah di bukit (Mat5:1-7:29), narasi penyembuhan (Mat 8:1-9:38) dan penegasan tentang hal mengikut Yesus (Mat:10:1-11:30). Ketika melihat secara spesifik pada narasi Mat 15 : 21-31, saya membaginya dalam bagian-bagian berikut;

  • 21 : Yesus menuju Tirus dan Sidon

  • 22 : Perempuan Kanaan memohon penyembuhan

  • 23-24 : Percakapan Yesus dengan Murid-murid

  • 25-27 : Percakapan Yesus dengan Perempuan Kanaan (Penolakan Yesus)

  • 28 : Yesus menyembuhkan anak Perempuan Kanaan

  • 29 : Yesus menyusur pantai danau Galilea

  • 30-31 : Yesus menyembuhkan orang banyak dan mereka memuliakan Allah

Sementara itu ada pembagian lain dalam buku John Drane, yaitu:

Hukum Baru

Cerita (pelayanan di Galilea – Mat. 3-4)

Pengajaran (Khotbah di Bukit – Mat. 5-7)

Pemuridan Kristen

Cerita (Mat. 8:1-9:34)

Pengajaran (Mat. 9:35-10:42)

Makna Kerajaan

Cerita (Mat. 11-12)

Pengajaran (Mt. 13:1-52)

Jemaat

Cerita (Mat. 13:53-17:27)

Pengajaran (ketertiban, disiplin, ibadah-Mat. 18)

Penghakiman

Cerita (pertentangan di Yerusalem – Mat. 19-22)

Pengajaran (mengenai kaum Farisi, apokaliptik – Mat. 23-25)

Menurut saya peran teks ini dalam konteksnya adalah untuk menunjukan realisasi pengajaran Yesus mengenai kehendak Tuhan dan kehendak manusia. Dimana pada narasi-narasi sebelum dan sesudah teks ini banyak berbicara mengenai bagaiman Yesus mematahkan anggapan-anggapan manusia yang tidak tepat, misalnya pada perikop Perintah Allah dan adat istiadat Yahudi (Mat 15:1-20), Yesus dan sanak saudara-Nya (Mat 12:46-50), Yesus Menyembuhkan Orang pada hari Sabat (Mat 12:9-14), Murid-murid Memetik Gandum pada hari Sabat (Mat 12:1-8), Orang Farisi dan Saduki meminta tanda (Mat 16:1-4) dan seterusnya.

ANALISIS PERBANDINGAN TEKS PARAREL

Matius 15 : 21-31 pararel dengan Markus 7 : 24-37.

Mat 15:21-28

21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." 23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Mar 7:24-30

24 Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. 25 Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. 26 Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. 27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 28 Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." 29 Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." 30 Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

Mat 15:29-31

29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. 30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.

Mar 7:31-37

31 Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. 32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. 33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. 34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! 35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. 37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."

  • Matius menggunakan kata ‘menyingkir’ sementara Markus tidak.

  • Matius tidak memberi penekanan seperti yang terdapat di Markus mengenai ketidakinginan Yesus untuk diketahui keberadaanya.

  • Matius menyebutkan perempuan itu sebegai perempuan Kanaan sementara Markus menyebutnya sebagai orang Yunani bangsa Siro-Fenisia.

  • Pada Matius Yesus baru memberikan respon kepada permohonan perempuan itu ketika ia memohon untuk kedua kalinya sementara pada Markus Yesus langsung menjawab perempuan itu ketika ia memohon sekali saja.

  • Pada Matius ada percakapan dengan murid-murid yang tidak ada dalam Markus.

  • Pada Matius Yesus mengatakan “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” sementara di Markus tidak ada kalimat tersebut.

  • Pada Matius Yesus langsung mengatakan “Tidak patut ....” sementara di Markus Yesus mengawali kalimatnya dengan mengatakan “Biarlah anak-anak kenyang dahulu...”

  • Jawaban perempuan itu di Matius dan Markus berbeda. Di Matius perempuan itu mengatakan “anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” sementara di Markus ia mengatakan “anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak”

  • Jawaban Yesus di Matius dan Markus juga berbeda. Di Matius Yesus mengatakan “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki” sementara di Markus jawaban Yesus adalah “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu”

  • Cerita mujizat selanjutnya pada ayat 29-31 dibuat lebih singkat oleh Matius dibanding Markus. Matius tidak menjelaskan proses penyembuhannya.

Dari berbagai penemuan di atas saya dapat merangkum bahwa kedua teks ini sama-sama menceritakan tentang seorang perempuan yang anaknya kerasukan roh jahat dan meminta pertolongan Yesus. Narasi ini kemudian dilanjutkan dengan cerita mujizat yang dilakukan Yesus di danau Galilea. Pada kisah-kisah lain termasuk pada ayat 29-31 Matius mempersingkat Markus. Namun dalam kisah Perempuan Kanaaan yang percaya Matius justru memperpanjang Markus. Matius juga kelihatannya tidak memperdulikan soal ketidakinginan Yesus untuk diketahui keberadaan-Nya. Ditemukan pula bahwa berbeda dengan Markus, Matius tidak menjelaskan detail perempuan Kanaan yang merupakan seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Pada bagian terakahir narasi Perempuan Kanaan Matius memberikan penekanan khusus pada hal keimanan (15:28).

Untuk menganalisa temuan-temuan ini saya menggunakan beberapa teori sebagai bahan pertimbangan. Pertama, saya menggunakan Teori empat sumber yang menjelaskan tentang bahan utama Matius yang diambil dari Markus. Namun tentu tidak bisa dilupakan bahwa Matius memiliki sumber khasnya sendiri yang diduga berasal dari dunia Yahudi karena adanya aroma ke-Yahudi-an yang kuat dalam Matius.

Kedua, Teori keterbukaan Jemaat Matius terhadap bangsa-bangsa lain menurut Groenen. Teori ini dapat digunakan untuk mempertimbangkan perihal kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus terhdap Perempuan Kanaan yang non-Yahudi. Teori ini didukung pula dengan Teori Lean Morris mengenai universalitas Injil Matius yang saya jelaskan lebih jauh pada bagian konteks sosio-historis.

Ketiga, Teori komunitas G. D. Klipatrick. Menurut Klipatrick Matius beberapa kali mengubah gaya bahsa Injil Markus sehingga lebih jelas. Matius juga menghapus beberapa detail yang tidak penting. Tambahan yang diberikan oleh Matius juga meningkatkan kejelasan. Bukti-bukti ini disampaikan Klipatrick dalam The Origins of the Gospel according to St. Matthew (1946) untuk menudukung hipotesisnya mengenai Teori komunitas. Dimana ia berpandangan bahwa Matius merupakan produk komunitas yang digunakan untuk kepentingan liturgi. Teori ini saya gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penemuan mengenai pemanjangan dan pemendekan Matius terhadap Markus.

Terakhir, Teori sudut pandang dogmatis Matius tentang ke-Mesias-an Yesus menurut Marxen. Marxen berbicara bahwa penulis Matius di dalam menulis sudah selalu dituntun oleh pandangan dogmatis bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan, yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Hal ini kemudian membuat Matius menggunakan PL secara ahistoris. Ia menggunakan semau bahan PL yang mendukung pandangan dogamtisnya tersebut. Intinya iman jemaat pada ke-Mesias-an Yesus menjadi yang paling penting.

Dari penemuan-penemuan dan pertimbangan-pertimbangan teori diatas saya menemukan beberapa analisa. Pertama, menurut saya dibutuhkan penjelasan lebih mendetail tentang ke-tidak-konsisten-an Matius dalam memperpanjang dan mempersingkat Markus. G. D. Klipatrick dalam teorinya hanya menjelaskan bahwa hal itu dilakukan Matius dalam rangka mempermudah jemaat untuk memahaminya karena Matius dijadikan sebagai bahan liturgi.

Namun pertanyaannya adalah mengapa Matius menyingkat Markus dalam kisah penyembuhan di Galilea setelah kisah Perempuan Kanaan? Menurut saya kemungkinan besar hal ini terjadi karena Matius memang hanya ingin menekankan inti bahwa Yesus menyembuhkan banyak orang, sehingga Matius tidak menjelaskan proses penyembuhannya. Hal inilah yang membawa saya pada analisa kedua, yaitu menurut saya tujuan utama Matius adalah bagaimana meyakinkan jemaat bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi dalam PL.

Ketiga, saya berpikir bahwa Matius sangat terfokus pada antitesis radikal terhadap hukum taurat. Sehingga tidak hanya menunjukannya lewat ajaran Yesus tapi lewat perbuatan-Nya juga agar lebih mempertegas. Antitesis sebelumnya terhadap Hukum Taurat, hanya berupa ajaran-ajaran namun dalam kisah Perempuan Kanaan dijelaskan secara lebih gamblang dengan cara menyembuhkan seorang non-Yahudi.

Keempat, menurut saya dibutuhkan penjelasan lebih mendetail tentang posisi “mujizat” dalam perspektif Matius. Apakah ia tidak mementingkan itu sehingga mempersingkat kisah-kisah mujizat? Namun bukankah dengan kisah mujizat ia dapat mempertegas ke-Mesias-an Yesus? Hal ini berkaitan dengan analisis saya yang pertama. Ada kontradiksi dimana Matius ingin memperteguh iman jemaat, namun kisah mujizat pada Matius 15 : 29-31 disampaikan dengan sangat singkat.

KONTEKS SOSIO HISTORIS

Menurut para ahli teks ini ditulis setelah tahun 70 ZB dimana jemaat pada saat itu bukan merupakan generasi pertama. Matius melihat ke belakang kepada penghancuran Yerusalem (22:7) sehingga menurut Willi Marxen Matius kemungkinan ditulis pada tahun 80-an. Ada pula perkiraan lain yaitu menurut Duyverman Matius ditulis sekitar tahun 61 sampai 72 ZB. Sementara ada pula pendapat menurut Robinson dan Guthrie sepakat waktu penulisanya adalah pra-70 ZB bahkan mungkin tahun 40-60 ZB.

Yusak dan Marxen sama-sama setuju bahwa yang paling mungkin Matius ditulis di Syria di jemaat Antiokhia yang merupakan wilayah Kristen Yahudi. Injil Matius menampilkan tulisan yang bersifat sangat Yahudi dimana penulisnya menujukan tulisannya kepada pembaca yang berlatar belakang Yahudi. Penulis diduga merupakan seorang guru yang berlatar belakang Yahudi karena ia memetakan tulisannya dengan sangat baik.

Menurut Groenen Matius ingin membina iman kepercayaan jemaat Yesus, Israel sejati yang terbuka bagi dunia. Matius ingin mempertegas ke-Mesias-an Yesus sesuai dengan yang dijanjikan dalam perjanjian lama. Menurut Willi Marxen Matius menggambarkan Yesus yang pada mulanya Jalan-Nya membawa-Nya pertama-tama kepada Israel saja (15:24) tetapi diisyaratkan juga adanya perluasan wilayah pelayanan-Nya (8:11;21:43).

Keadaan jemaat yang dituju Matius adalah jemaat yang teranacam ketidak-percayaannya, ada kuasa dari luar Gereja dan ada ketegangan dengan agama Yahudi.

Matius ingin memperteguh keyakinan jemaat berkaitan dengan nubuatan Perjanjian Lama bahwa Yesus adalah Mesias sehingga Ia berhak memberi petunjuk-petunjuk dalam melakukan perintah Tuhan. Dalam Matius terutama pada bagian khotbah di bukit, muncul banyak antitesis terhadap hukum taurat. Namun hal ini tidak boleh dilihat sebagai perlawanan terhadap hukum taurat melainkan suatu pernyataan yang radikal mengenai hukum taurat. Maksudnya bukan membatalkan hukum taurat tetapi untuk ‘memenuhi’ hukum taurat. Memenuhi yang dimaksud adalah mengungkapan arti yang sepenuhnya.

Jika melihat lebih sempit dalam Matius 15 : 21-29 menegenai Perempuan Kanaan, saya menemukan teori yang tepat untuk perikop ini berkaitan dengan tujuan penulisannya yaitu; William Barclay mengatakan bahwa Injil Matius adalah the Gospel of the Jews, karena memang ditulis secara khusus untuk orang Yahudi namun Leon Morris mempertegas bahwa sekalipun Injil Matius adalah The Gospel of the Jews, harus diingat juga bahwa Matthew’s Jewishness should not be stressed to the exclusion of another feature of this Gospel, it’s unversalism.” Jadi harus diingat bahwa jangan sampai ke-Yahudian Injil Matius kemudian membuat kita lupa tentang ke-universalan-nya.

PENAFSIRAN

21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

  1. Tirus dan Sidon merupakan dua daerah yang terkenal jahat. Tirus merupakan bandar laut utama di pantai Fenisa. Daerah ini berjarak sekitar 38 km di sebelah selatan Sidon, dan 53 km dari utara Gunung karmel. Ada kemungkinan bahwa Yesus sekedar singgah untuk beristirahat dan mengasingkan diri setelah seharian melayani. Jika kita melihat pada teks pararelnya yaitu pada Markus, disana ditekankan bahwa Yesus tidak ingin keberadaan-Nya diketahui.

  2. Usulan Terjemahan: Kemudian Yesus meninggalkan tempat itu dan mengasingkan diri ke daerah Tirus dan Sidon.

22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."

  1. Orang Kanaan adalah anak Ham cucu Nuh (Kej 9:18, 22-27) orang-orang inilah yang tinggal di daerah Kanaan. Mereka merupakan keturunan dari penduduk Palestina sebelum daerah itu dikalahkan dibawah pimpinan Yosua, waktu itu orang Kanaan dianggap akan membawa pengaruh buruk terhadap orang Israel. Jika dilihat pada teks pararelnya, Markus menyebut perempuan itu sebagai orang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Penyebutan orang Yunani ingin menjelaskan bahwa ia berbahasa Yunani, non-Yahudi dan dengan demikian ‘penyembah berhala’. Secara Sosio-Ekonomis orang Yunani merupakan kalangan orang kaya. Sementara penyebutan bangsa Siro-Fenisia adalah untuk membedakannya dengan orang Libia-Fenisia dan Kartago. Orang Fenisia ini berasal dari Kanaan. Kehidupan keagaman orang Siro-Fenisia adalah penyembah berhala Baal, dewa kesuburan, dan dewa penyembuhan (Melek, Adonis, Esyamun).

  2. Perempuan ini berseru kepada Yesus dengan menggunakan kata VEle,hso,n dalam GNT yang kemudian diterjemahkan NIV menjadi Have mercy on me. Kata ini merupakan kata imperfek yang berarti hal itu telah terjadi, jadi perempuan itu bermaksud untuk meminta kesembuhan anaknya dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan ‘telah’ menaruh belas kasih kepadanya.

  3. Perempuan ini menyebut Yesus dengan frasa Anak Daud. Menurut David Santoso hal ini menunjukan ada unsur naluri rohani dari perempuan itu yang mengandung pengenalan rohani pada diri Yesus. Hal ini yang membuat perempuan itu mengharapkan mijizat dari Tuhan. Jika dilihat dari konteks Matius yang menekankan ke-Mesias-an Yesus juga frasa ini merujuk pada nubuat nabi-nabi Israel yang menubuatkan bahwa Mesias akan datang dari keluarga Daud. Howard Marshall mengatakan “The Son of David is superior to David because He is not only David’s son but also. . . the Son of God.” Bertepatan dengan itu Kingsbury mengatakan “Matthew intends for Jesus to assert that the Messiah is the Son of David, but what is more, He is the Son of God.” Kingsbury juga berbicara secara khusus mengenai frasa Anak Daud; “The term ‘Son of David’ describes’ Jesus Son of God as the royal, figure from the house of David who . . . was not recognized by the crowds and their leaders, and who at the end entered Jerusalem revealing himself to he the humble King.

  4. Usulan Terjemahan : Lalu datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan memohon: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan roh jahat dan keadaanya sangat buruk.

23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

  1. Yesus sama sekali tidak menjawab. Dalam GNT bahasanya adalah ouvk avpekri,qh yang dalam NIV diterjemahkan dengan ‘did not answer’. Kata ini berada dalam kasus Aorist dengan sifat pasif. Artinya bahwa Yesus tidak menjawab sama sekali,namun ketidak-inginan itu tidak bersifat mutlak; bisa berubah menjadi ingin. Ini berarti bahwa Yesus sebenarnya sedang menguji perempuan itu. John Muddiman dan John Barton juga setuju. Mereka mengatakan “Jesus response is silence—he is either turning her down or trying her faith.”

  2. Respon murid-murid yang meminta Yesus untuk menyuruh perempuan itu pergi sebenarnya merujuk pada pengharapan mereka agar Yesus segera menagambil Tindakan pertolongan kepada wanita ini agar percakapan dengan perempuan itu cepat selesai. Bavinck pun setuju bahwa murid-murid itu mau menolong perempuan tersebut agar tidak diganggu lagi. Sama halnya dengan memberi sedekah pada pengemis agar pengemis segera pergi.

  3. Jawaban Yesus pada ayat 24 merupakan penegasan dari Matius 10:6 dimana Yesus memerintahkan keduabelas murid kepada domba-domba yang hilang (GNT: avpolwlo,ta artinya binasa) dari Israel. Hal ini sejalan dengan konteks Matius dimana orang Yahudi pada saat itu menganggap orang Kanaan sebagai kafir bahkan sangat rendah dalam pandangan mereka. Dalam hal ini Yesus mengambil posisi pada konteks budaya. Dia ingin menunjukan ke-Yahudi-an-Nya kepada para murid yang merupakan keturunan Yahudi. Disini Yesus ingin melihat kepedulian murid-Nya kepada orang non-Yahudi ini, apakah mereka memiliki belas kasihan kepada perempuan tersebut. dan respon murid dapat kita lihat dalam ayat 23.

Usulan Terjemahan : 23 Tetapi Yesus tidak menjawabnya dengan satu kata pun. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia berteriak-teriak dibelakang kita." 24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba umat Israel yang akan binasa."

25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."

  1. Perempuan itu menyembah Yesus. Dalam GNT kata yang digunakan adalah proseku,nei yang berarti to worship (menyembah) namun dalam NIV diterjemahkan sebagai knelt yang artinya bersujud atau berlutut. Kedua terjemahan ini memang sebaiknya dipadukan karena dalam budaya orang Yahudi,mereka menyembah dengan posisi tubuh bersujud bahkan sampai menjatuhkan diri. Bavinck juga mendukung pandangan ini, menurut Bavinck perempuan itu sujud di kaki Yesus, ia tidak lagi berseru-seru, kali ini ia menunduk dan berkata dengan penuh khidmat. Hal ini menunjukan betapa tidak menyerahnya perempuan Kanaan ini untuk memohon demi kesembuhan anaknya. Kegigihan ini yang membuat Yesus kembali memberikan respon sekalipun respon penolakan.

  2. Pada ayat 26 Yesus kembali memberikan respon dengan tetap berdiri pada konteks budaya Yahudi. Namun kali ini Yesus lebih keras. Yesus lebih keras karena mungkin ia melihat iman perempuan itu juga berkembang kuat. Saya lebih suka untuk menyebutkan bahwa Yesus mencoba untuk mengimbangi perempuan itu. Semakin besar imannya semakin Yesus mengujinya.

  3. Roti dalam ayat ini merupakan perumpamaan dari ‘kehidupan’ dan ‘anak-anak’ merupakan bangsa Israel. Roti itu ‘disediakan’. Artinya roti itu disajikan diatas meja dan hanya boleh dimakan oleh anggota keluarga. Yang termasuk anggota keluarga adalah orang Israel.

  4. Orang Yahudi sering menyebut orang non-Yahudi sebagai anjing. Dalam GNT kata yang digunakan adalah kunari,on yang berarti anjing kecil atau anjing peliharaan. Pertanyaannya mengapa Yesus begitu kejam mengibaratkan manusia dengan anjing?apakah Yesus tidak memiliki etika? Faktanya ternyata bagi orang Siro-Fenisia anjing merupakan binatang yang sangat baik dan melambangkan dewa kesembuhan dari Siro-Fenisia yang dapat memberikan kesembuhan yaitu dewa Esyamun. Pada konteks budaya Siro-Fenisia, anjing kecil ini melakukan penyembuhan dengan cara menjilat luka penderita. Jadi disini penggunaan kata anjing -selain sebagai ungkapan kasar dari orang Yahudi- ternyata juga merujuk pada kebiasaan dan kegunaanya pada orang Siro-Fenisia. Jadi sebenarnya Yesus tidak bermaksud menghina, ia hanya ingin mengatakan bahwa Perempuan Kanaan ini harus bersabar, karena bangsa Israel harus didahulukan untuk menerima Injil. Setelah itu barulah diteruskan kepada bangsa lain. Jadi bagi bangsa lain ada waktunya tersendiri. Sehingga jelas bahwa kata-kata Yesus itu bermakna positif bagi perempuan Kanaan ini.

  5. Pada ayat 27 ini perempuan Kanaan itu memberikan respon kepada Yesus. ‘Benar Tuhan’ kata perempuan itu. Dalam GNT kata yang digunakan adalah Nai. ku,rie.. Nai artinya ‘truly’ namun dalam NIV diterjemahkan sebagai yes. Truly memiliki arti yang lebih dalam dari yes. Penyebutan ku,rie pun bukan hanya sekedar berarti ‘tuan’ tetapi memiliki makna yang lebih dalam dan berisi pengakuan dengan penuh iman bahwa Yesus adalah Tuhan. Pada bagian ini Bavinck menyoroti sikap perempuan Kanaan ini dimana ia dengan penuh kerendahan hati mengatakan ‘benar Tuhan...’ Ia tidak marah sekalipun disamakan dengan anjing bahkan mengakui ketidak-layakannya. Menurut Bavinck hal ini membuat Yesus berpikir bahwa benar ia seorang kafir, tapi kepercyaannya sangat besar dan ia sangat rendah hati sehingga ia layak ditolong.

  6. Kata remah-remah dalam ayat 27 ini kata aslinya dalam GNT adalah yici,wn.. Dalam NIV diterjemahkan sebagai crumbs yang berarti remah-remah atau serpihan roti yang kecil. Kata ini ingin menggambarkan bahwa apa yang diminta oleh perempuan Kanaan bukanlah sesuatu yang besar atau sulit untuk Yesus berikan. Jadi Yesus dapat memberikan serpihan-serpihan kecil itu tanpa harus mengurangi bagian dari ‘anak-anak’ dan anak-anak juga sering menjatuhkannya. Inilah yang diminta oleh perempuan itu.

Usulan Terjemahan : 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan sujud menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 27 Kata perempuan itu: "Tepat sekali Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."

28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

  1. Pada ayat 28 ini terlihat bahwa Yesus melakukan penyembuhan yang sama dengan penyembuhan sebelumnya kepada orang non-Yahudi yaitu penyembuhan dari jauh seperti yang juga terjadi pada Matius 8:13. Jawaban Yesus ini muncul setelah Ia melihat bagaimana besarnya iman perempuan Kanaan ini dan kerendahan hatinya. Jadi Yesus disini menunjukan bagaimana Ia menyembuhkan seorang kafir karena seorang yang kafir itu ternyata memiliki Iman yang besar. Dalam GNT kata yang digunakan Yesus adalah qe,leij yang artinya menghendaki. Jadi apa yang diberikan Tuhan sesuai dengan yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh perempuan Kanaan itu.

Usulan Terjemahan : 28 Maka menjawab itu Yesus berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ.

  1. Jika melihat teks pararelnya yaitu Markus, disana dikatakan bahwa Yesus pergi ke tengah-tengah daerah Dekapolis. Dekapolis artinya sepuluh kota. Letaknya berada di antara Trakhonitis dan Perea. Kota-kota itu berada di bawah kekuasaan pemerintah Siria. Penduduk Dekapolis merupakan orang-orang kafir yang menyembah dewa-dewa Yunani.

Usulan Terjemahan : 29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. (LAI)

30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.

  1. Orang banyak yang berbondong-bondong datang kepada Yesus merupakan orang kafir atau non-Yahudi. Hal ini terlihat dari penggunaan kata Allah Israel atau dalam GNT qeo.n VIsrah,l. Bavinck menafsirkan ayat ini sebagai kesadaran dari orang-orang kafir tersebut ketika melihat bahwa dewa-dewa mereka tidak berkuasa apa-apa tetapi Allah Israel dapat melenyapkan segal kesusahan mereka. Hal ini tentu sejalan dengan konteks Matius yang ingin menegaskan ke-Mesias-an Yesus.

Usulan Terjemahan : 30 Kemudian orang banyak datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.

POKOK-POKOK PEMIKIRAN TEOLOGIS

Setelah melewati berbagai proses studi Hermeneutik terhadap tek Matius 15 : 21-31, saya menarik beberapa pokok pemikiran Teologis yang saya rangkum dalam poin-poin sebagai berikut;

  1. Kita harus mengimani Yesus sebagai Mesias, Anak Allah.

  2. Seburuk apapun kehidupan kita, ketika kita memiliki pergumulan datanglah kepada Tuhan sebab Tuhan tidak melihat status kita di dunia, Tuhan melihat Iman. Berkat Tuhan hadir bagi siapa saja yang beriman.

  3. Ketika meminta sesuatu dari Tuhan imanilah bahwa kita akan bahkan telah menerimanya. Jika Tuhan belum menjawab doa kita, itu bukan berarti dia tidak akan menjawabnya. Tuhan mungkin sedang menguji Iman kita untuk melihat seberapa layak kita menerima apa yang kita minta. Manusia memang selalu menginginkan yang instan, namun Tuhan menginginkan Iman. Untuk pengembangan iman yang besar, Tuhan memberikan cobaan yang besar pula.

  4. Tuhan membiarkan hadir banyak orang susah disekitar kita karena Tuhan ingin melihat seberapa besar kita menaruh belas kasih kepada mereka sebagai sesama kita.

  5. Kita tidak boleh membeda-bedakan orang ketika melayani, karena kabar baik dari Tuhan bersifat universal.

  6. Kita harus senantiasa merendahkan diri dihadapan Tuhan sebagai bentuk kesadaran kita akan ketidak-layakan kita.

  7. Kita juga tidak boleh lupa mengucap syukur baik disaat Tuhan belum maupun sudah menjawab doa kita.

Dari pokok-pokok teologis yang sudah saya kemukakan diatas saya dapat menarik satu pesan utama dari teks Matius 15 : 21-31 yaitu bahwa yang terpenting dalam kehidupan kristiani adalah Iman yaitu Iman yang kokoh dan teguh dalam keadaan apapun.

AKTUALISASI

Untuk memberikan kontribusi Teologis terhadap kehidupan masa kini maka saya mencoba untuk menjabarkan salah satu pokok teologis yang sudah saya kemukakan diatas yang menurut saya sangat relevan dengan kehidupan saat ini.

Menurt saya banyak orang saat ini tidak memiliki Iman yang sejati. Iman nampaknya hanya berupa pengakuan dari mulut. Bahkan banyak orang tidak sadar bahwa iman yang ia miliki sebenarnya hanyalah sebatas ucapan. Ia tidak sadar bahwa pengakuan imannya tidak sejalan dengan perbuatannya. Dan ia meneruskan kehidupannya seperti tidak ada yang salah dan semuanya aman-aman saja. Malah ia merasa bahwa dirinya semakin hari semakin beriman. Padahal yang semakin beriman itu hanyalah ucapannya saja.

Hal ini terjadi kemungkinan karena ia belum paham mengenai arti iman yang sesungguhnya. Pikirnya, ketika ia mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, ia rajin berdoa dan beribadah memuliakan Tuhan, itulah Iman. Padahal iman yang sesungguhnya adalah iman yang diaktualisasikan dalam perbuatan. Matius 15: 21-31 menekankan tentang pentingnya Iman dalam kehidupan kita yang bahkan mengalahkan budaya yang sudah dipegang berabad-abad. Tuhan menanggalkan segala perkara duniawi ketika melihat manusia. Yang Ia lihat hanyalah Iman semata.

Saya begitu tertarik untuk melihat fenomena yang bahkan mungkin saya sendiri mengalaminya. Fenomena dimana banyak orang yang melupakan iman karena terlalu asyik berpetualang dalam dunia intelektualnya. Iman menjadi hal yang tidak penting bahkan iman yang sebenarnya menuntut keyakinan malah diragukan dan dipertanyakan. Suatu kontradiksi yang lucu sebenarnya. Bagaimana mungkin kita meragukan sesuatu yang memang pada dasarnya menuntut keyakinan? Kita terlalu banyak bertanya, mengapa begini? Mengapa begitu? Mengapa demikian? Kita lupa bahwa kalau semuanya sudah tersingkap, apalagi yang mau kita yakini atau imani? Justru disanalah tempat iman seharusnya berada.

Tidak salah memang jika kita merefleksikan iman kita dengan rasio. Namun satu yang penting yaitu keseimbangan antara iman dan rasio. Fide et Ratio. Tidak baik jika hanya beriman tanpa berpikir, namun keliru juga jika hanya berpikir tanpa beriman. Namun disinilah saya melihat kesulitan manusia termasuk saya yaitu untuk berdiri ditengah-tengah, pada posisi seimbang. Kalau tidak cenderung ke kiri, kita ke kanan. Sulit sekali untuk berdiri pad posisi seimbang.

Perempuan Kanaan dalam narasi Matius menurut saya merupakan contoh sosok yang mampu menyeimbangkan iman dan rasionya. Di satu sisi kita dapat melihat keteguhan imannya yang begitu luar biasa bahkan diakui oleh Tuhan Yesus. Namun di sisi lain ia juga begitu cerdas menggunakan akal pikirannya. Ia mampu bercakap-cakap dengan Yesus dalam perumpamaan. Namun kecerdasannya tetap tidak melewati batas keseimbangan, itu terbukti dari bagaimana ia mempertahankan imannya ketika berhadapan dengan Yesus.

Jika ia hanya menggunakan rasionya, maka sudah barang tentu ia akan pergi meninggalkan Yesus ketika ia melihat bagaimana Yesus tidak mau meresponnya dan ketika memberi respon pun respon-Nya adalah respon penolakan. Namun perempuan ini tetap memohon dengan Iman. Dia memgang teguh imannya bahwa Yesus adalah Mesias yang dapat menyembuhkan anaknya. Jika hanya menggunakan rasio, dimana logisnya seorang manusia seperti Yesus dapat menyembuhkan anak yang kerasukan setan? Dimana logisnya seorang Yahudi mau menyembuhkan non-Yahudi?

Inilah yang menjadi persoalan saya dan banyak orang saat ini. Sangat sulit untuk menyeimbangkan iman dan rasio. Dan dengan semakin sekulernya dunia, rasio semakin mendominasi. Manusia menjadi semakin sulit untuk beriman.

“Pikirkanlah cara beriman yang sejati dan imanilah bahwa pikiran adalah anugerah Tuhan.”

Daftar Pustaka

Setyawan, Yusak B. Pengantar Untuk Studi Hermeneutik Perjanjian Baru, Salatiga: Fakultas Teologi-Universitas Kristen Satya Wacana, 2015.

Setyawan, Yusak B. Hermeneutik Perjanjian Baru – Suatu Perkenalan, (Salatiga: Fakultas Teologi-Universitas Kristen Satya Wacana, 2016.

Groenen, C. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisisus, 1984.

Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru Volume 1. Surabaya: Momemntum, 2010.

Marxen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru – Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru- Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.

Santoso, David Iman. Theologi Matius – Intisari dan Aplikasinya, Malang: Literatur SAAT, 2009.

Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008.

Nehemia, Mimery. Komentar Injil Sinoptik Matius Markus Lukas, Jakarta : Mimery Press, 1999.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008.

Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.

Muddiman, John and Barton, John. The Oxford Bible Commentary, New York: Oxford University Press, 2001.

Blomberg, Caring E. The New Amerika Commentary Matthew, Nashville: Bradman Press, 1992.

Bavinck, J. H. Sejarah Kerajaan Allah 2 : Perjanjian Baru, Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Newman, Barclay M. Kamus Yunani Indonesia, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001.

Bruggen, Jakob Van. Markus: Injil Menurut Petrus, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006.


 
 
 

Comments


© 2020 by Krisharyanto Umbu Deta. Proudly created with Wix.com

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey Google+ Icon
bottom of page